TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 80 tentara Yaman tewas dan 130 lainnya terluka saat salat di masjid dalam serangan rudal balistik dan drone pemberontak Houthi pro Iran.
"Saya telah mengatakan sebelumnya bahwa kemajuan yang diperoleh dengan susah payah yang telah dilakukan Yaman pada eskalasi sangat rapuh. Tindakan seperti itu dapat menggagalkan kemajuan ini," kata Perwakilan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths memperingatkan. Dia mendesak semua pihak untuk menghentikan eskalasi dan memfokuskan energi ke dalam kebijakan sebagai gantinya, menurut laporan CNN, 20 Januari 2020.
Kementerian Pertahanan Yaman mengatakan serangan itu untuk membalas pembunuhan teroris Iran Qasem Soleimani, yang tewas dalam serangan pesawat drone AS di Irak pada 3 Januari. Kementerian tidak menawarkan bukti untuk menunjukkan motif pemberontak.
Pasukan Houthi Yaman terlihat selama penarikan dari pelabuhan Saleef di provinsi Hodeidah, Yaman 11 Mei 2019.[REUTERS / Abduljabbar Zeyad]
Serangan itu terjadi di provinsi Marib pada hari Sabtu di sebuah masjid di sebuah kamp militer. Presiden Yaman Abd Rabbu Mansour Hadi mengutuknya sebagai "aksi keji dan operasi teroris pengecut yang dilakukan oleh Houthi."
Ledakan itu berasal dari rudal balistik yang diluncurkan oleh pejuang Houthi, kata militer dalam sebuah pernyataan. CNN melaporkan 80 korban tewas, namun militer mengatakan 79 orang tewas dan melukai 81, dikutip dari Reuters.
Sementara kantor berita negara yang mengutip dari menteri luar negeri mengatakan lebih dari 100 orang telah terbunuh.
Yaman telah terlibat dalam perang saudara selama bertahun-tahun yang mengadu koalisi yang didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran.